Bagaimana Mendapatkan Mumtaz ?
Setiap orang tentu memiliki cita-cita mendapatkan predikat Mumtaz. Dan itu bukanlah sebuah harapan yang tidak baik. Kita boleh-boleh saja berharap tinggi tentang sebuah hasil, sebagai pemacu semangat diri. Asal semua itu kembali pada niat dan berharap pun hanya kepada Allah SWT. Bermimpilah setinggi langit, karena ketika jatuh kau masih berada diantara bintang-bintang. Begitu pula predikat Mumtaz ketika belum sampai di titik Mumtaz setidaknya kau berada di Jayyid Jiddan. Seperti halnya kisah Ayunda Claudya Mega; senior KMJ yang mendapat predikat Mumtaz di tingkat 4 Jurusan Syari’ah, akhir yang sangat berkesan dipenghujung usahanya. Dan pernah diposting beberapa bulan lalu sedikit kisah perjalanan beliau. Tentang Mumtaz atau Jayyid Jiddan itu sendiri, yang sekarang sedang marak diperbincangkan oleh Mahasiswa Azhar selepas acara Takrim Mutafawwiqin yang diadakan oleh KBRI dan Parlemen, cukup membuat kami (Tim Media KMJ) bergairah dalam mencari tahu lebih tentang bagaimana mereka mencapai titik predikat membanggakan tersebut. “Bagi saya predikat akademik adalah buah, buah adalah hasil dari pepohonan dan awalnya adalah bibit, berharga atau tidaknya buah ini tergantung pengelolaanya selama perjalanan menjadi buah. Begitu juga belajar,ibaratkan ketekunan; kuliah dan talaqqi itu adalah air dan pupuknya, jikalau pupuk dan airnya bagus, maka hasilnya akan memuaskan.” tutur Isa Prana Hamidi salah satu warga KMJ yang mendapatkan predikat Jayyid Jiddan Tingkat 1 Syariah Wa Qanun. Memang benar kata pepatah, bahwa hasil tidak akan menghianati usaha. Lalu, apa saja usaha-usaha yang dilakukan mereka para peraih predikat Mumtaz dan Jayyid Jiddan itu? Itulah yang kerap menjadi pertanyaan kita semua, yang juga turut termotivasi untuk mendapatkan predikat membanggakan tersebut. Terlebih para alumni Markas Lughoh yang baru saja memasuki bangku kuliah. Berikut yang bisa penulis bagikan, dari hasil wawancara kepada kerabat terdekat kami di KMJ yang mendapatkan predikat membanggakan tersebut. Oleh Ayunda Aisyah dan Ayunda Riskawati keduanya Tingkat 2 di Jurusah Syariah Islamiyyah. 1. Keyakinan Yakin kepada Allah itu yang utama. Inti dari segala usaha adalah yakin akan hasil yang baik kepada Allah SWT. Bukankah Allah selalu bersama prasangka hambaNya? Maka berprasangkalah yang baik. 2. Berangkat Kuliah Poin penting yang kedua adalah wajib berangkat kuliah kecuali ada keperluan yang tidak memungkinkan untuk berangkat, terutama di maddah-maddah yang biasanya Dukturoh akan ambil soal ujian dari muhadorohnya, dan tidak ada di dalam muqoror. 2. Talaqi Tetap selingi kuliahmu dengan talaqqi, baik itu yang menunjang maddah kuliah atau menambah wawasan baru yang tidak kita dapatkan di bangku kuliah. 3. Bimbel Datanglah ke bimbel pada maddah yang menurutmu sulit atau yang mudah sekalipun. 4. Persiapan Yang Matang Sebulan sebelum imtihan, kita sudah harus tahu poin besar muqoror tersebut alias sudah khatam membaca sekaligus paham. 5. Kelompok Belajar Biasanya kita akan membuat kelompok belajar dengan teman-teman terdekat. Dan di dalam kelompok belajar tersebut kita saling menjelaskan secara bergantian apa yang dipahami dari masing-masing individu. Ini trik paling efektif, karena pemahaman dan ingatan kita akan bertambah ketika kita sudah mampu menjelaskan kepada orang lain. 6. Membuat Ringkasan Jika sempat, buatlah ringkasan minimal pada maddah yang banyak atau rumit. Atau sebagai pengganti ringkasan, buatlah catatan di setiap halaman muqoror, agar poin-poin penting di halaman tersebut tidak susah dicari. Keluarkan pena warna-warni untuk menghias muqorormu agar mudah terekam oleh otak. Dan tidak membuat bosan dengan tulisan arab bertinta hitam. 7. Ikuti Keinginan Dukturah Saat ujian, usahakan isi jawaban sesuai yang di minta Duktur dengan sempurna, jangan cuma ‘yang penting terisi’. 8. Saling Tolong Menolong Kita tidak pernah tahu usaha dan doa keberapa yang akan diijabah, maka perbanyaklah keduanya. Namun terkadang ada hal lain selain kedua hal tersebut yang juga bisa menjadi kunci terbukanya pintu kesuksesanmu. Ya, saling tolong-menolong. Menolong teman dengan cara tidak pelit dalam berbagi info misalnya, atau mengajarkan teman jika dia merasa kesulitan dalam belajarnya dll. 9. Sedekah Sudah jamak diketahui, bahwa sedekah sangat berdampak besar dengan keberuntungan seseorang. Maka, jangan lupa untuk memperbanyak bersedekah. 10. Do’a Diawali dengan keyakinan kepada Allah SWT dan diakhiri dengan bertawakal kepada Allah SWT. Karena inti dari semua yang kita lakukan adalah mengabdi kepada Allah SWT sebagai hambaNya yang sedang berjalan di muka bumi. Usaha tanpa doa adalah sombong dan do’a tanpa usaha adalah bohong. Tidak asing lagi kata itu, bahkan sudah bosan untuk didengar namun tetap saja, kata itu selalu layak digunakan untuk kita yang terkadang lalai dalam melibatkan Allah disetiap langkah kita. Allah dulu, Allah lagi, Allah terus. Allah dan Allah. Terlebih saat ujian Azhar termin 2 adalah saat dimana cinta kepada Allah dengan muqoror sedang diuji. Dimana Ramadhan adalah bulan penuh berkah, semua orang berlomba-lomba dalam kebaikan, ibadah yang dilipat gandakan dari bulan-bulan lainnya, namun Mahasiswa Azhar kerap dilema saat itu, sholat sunah tarawih atau mengejar materi muqoror? Karena sejatinya, rahasia-rahasia mereka para orang sukses lebih cenderung pada faktor ibadah bukan hanya tentang kecerdasan atau ketekunan. Sepuluh poin tersebut adalah poin umum, yang dilakukan Mahasiswa Azhar yang mendapatkan predikat membanggakan pada umumnya. Ada tamparan muhasabah diri dan ribuan motivasi ketika penulis mendengar jawaban-jawaban itu. Dan yang terakhir pesan Abangda Isa yang cukup menarik untuk direnungkan. “المشغول لا يشغل ” Seseorang yang sudah sibuk, tak akan bisa disibukkan” Penjelasan singkatnya, kalau memang sudah fokus dengan dunia peradaban ilmu, maka yang lainnya; yang juga penting untuk dipelajari, tetaplah prioritaskan keilmuan. Karena mustahil untuk menggabungkan dua prioritas secara bersamaan. Orang yang fokus harus selalu melihat jalannya bukan sampingnya.” Begitu juga Abangda Ihsan Jani Tingkat 2 Jurusan Lughoh yang memiliki cara khusus dalam berbagi motivasinya “Talk less do more” pesan singkat beliau. Sesuai dengan penutup tulisan ini, dengan ribuan kata yang sudah tertulis akan sia-sia jika hanya diperbincangkan. Maka lakukanlah! Semoga bermanfaat. (zuliamisbach)
5